Rahim Pengganti

Bab 52 "Menyembuhkan Luka Lama"



Bab 52 "Menyembuhkan Luka Lama"

0Bab 52     
0

Menyembuhkan luka lama     

"Bude, gudegnya dua pedasnya sedang aja," ujar Nizam.     

"Mas Nizam, bawa pacar cie. Akhirnya ya," ledeknya.     

Nizam hanya tersenyum sedangkan Siska sudah memasang wajahnya kesal, dengan sikap Nizam apalagi pria itu seolah mengatakan 'iya' kalau dirinya adalah pacaranya.     

"Udah mukanya gak usah cemberut gitu. Bibirnya juga gak usah dimaju majukan, mau gue cium hah?" tanya Nizam.     

Mata Siska seketika langsung melotot tajam, wanita itu memukul lengan Nizam saat mendengar ucapan itu terlontar dari mulut pria itu. Sedangkan Nizam hanya tertawa bahagia, melihat ekspresi wajah Siska yang sudah berubah semakin kesal.     

"Ini Mas dan Mbak pesanannya. Mbaknya cantik banget, pantesan Mas Nizam mau soalnya ya Mbak sih Mas ini udah sering bude jodohkan tapi gak mau," ujar bude Sri. Orang orang di sekitar sini yang makan gudeg buatnya menyebutnya seperti itu.     

"Apaan sih bude."     

Siska tersenyum mendengar ucapan itu, wanita itu lalu mengucapkan terima kasih dan keduanya mulai makan bersama. Nizam selalu berbicara entah apa saja menjadi bahan perbincangan nya sedangkan Siska hanya diam dan mendengar saja, ingin menimpali tidak tahu harus seperti apa.     

"Loe ada acara apa lagi setelah ini?" tanyanya. Siska hanya menggelengkan kepalanya, lalu berkata. "Gak ada. Paling cuma di villa aja, sembari menatap ke arah pantai yang begitu indah," jawab Siska. Wanita itu sudah mau membuka mulutnya untuk berbicara, Nizam bahagia dengan hal itu setidaknya usahanya sedikit berhasil.     

"Ikut gue aja. Dari pada loe diam di dalam kamar, mending kita jalan. Gue bakalan ajak loe pergi keliling Yogyakarta," ucapnya.     

Siska terdiam menatap ke arah Nizam lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju. Nizam tersenyum, keduanya kembali melanjutkan makannya, bersama menikmati gudeg yang menurut Siska sangat pas di lidah.     

"Bude udah. Makasih ya bude," ucap Nizam.     

"Ini uang gue," ujar Siska sembari memberikan selembar uang lima puluh ribu kepada Nizam. Pria itu menggelengkan kepalanya dan berkata. "Gue yang ajak loe, jadi gue yang bayar. Tenang aja kok," jawabnya lalu pergi menuju ke mobil. Siska terpaku, lalu senyum tipis terbit dari bibirnya.     

Siska segera menyusul Nizam masuk ke dalam mobil, keduanya segera pergi ke tempat yang akan keduanya kunjungi. Tak banyak pembicaraan diantara mereka hanya suara musik yang terdengar, sesekali Siska ikut bernyanyi mengeluarkan suaranya.     

"Loe bisa nyanyi juga ternyata gue kira loe cuma bisa marah," ledek Nizam. Siska hanya memutar matanya malas, wanita itu tidak mau membuat moodnya kacau hanya karena ucapan Nizam yang tidak berbobot.     

"Jangan ngambek woi. Gue cuma bercanda aja," jawabnya kembali.     

Tapi tetap saja, Siska tidak menanggapi ucapan yang keluar dari mulut Nizam. Hingga keduanya sampai di destinasi pertama mereka, tempatnya begitu asri membuat Siska bisa merasakan ketenangan di tempat ini.     

"Ayo turun, ini pantai sangat cocok dengan loe," ajak Nizam. Keduanya pun segera turun dari mobil, Nizam mencoba menggandeng tangan milik Siska yang biasanya akan membuat Siska tidak nyaman. Namun, kali ini tidak Siska tidak menolak sentuhan yang diberikan oleh Nizam.     

Keduanya berjalan ke arah kanan, dimana tempatnya tidak terlalu ramai tapi juga tidak sepi Nizam membawa Siska untuk duduk di dekat pohon kepala. Pemandangan yang sangat indah, senyum manis itu tidak pernah luntur dari bibir Siska.     

"Ini adalah Pantai Indrayanti. Pantai ini merupakan salah satu destinasi wisata pantai di Jogja yang sekarang cukup populer, banyak orang orang yang jauh jauh hanya ingin datang ke sini. Dengan bentang pasir yang putih bersih khas pantai selatan, pemandangan yang indah, dan fasilitas di tempat ini juga cukup lengkap."     

Siska menatap ke arah depan dengan penuh kekaguman atas ciptaan Tuhan yang luar biasa.     

"Orang orang selalu berwisata ke pantai ini, suasana yang sangat pas dengan hati setiap orang," lanjut Nizam.     

"Loe asli Yogya?" tanya Siska. Nizam menggelengkan kepalanya, pria itu menatap ke arah depan. Lalu membuka kacamata hitam yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya, lalu Nizam menoleh ke arah samping di mana Siska berada.     

"Gue itu suka travelling. Kalau pekerjaan lagi banyak gue akan pergi ke segala tempat untuk menenangkan hati gue. Dan pantai ini jadi salah satu tempat buat gue tenang," jawabnya dengan senyum yang begitu manis. Hal itu berhasil membuat Siska tertegun, jantungnya tiba tiba berdetak dengan sangat kencang membuat Siska langsung memalingkan pandangannya.     

Keduanya terdiam, menikmati kesunyian diantara mereka, tidak ada sedikit pun suara yang keluar dari mulut mereka masing masing sesekali Siska melirik ke samping menatap Nizam yang masih setia menatap ke depan.     

"Ayo. Kita pergi ke tempat berbeda, gue bakalan ajak loe ke pantai yang begitu indah hari ini," ucapnya sembari mencoba berdiri. Nizam lalu memberikan tangannya untuk digunakan oleh Siska berpengangan.     

***     

Suasana mobil saat ini, tidak sekaku tadi Siska sudah mulai berbicara meskipun belum terlalu banyak yang keduanya bahas yang pasti ada beberapa hal yang disampaikan oleh Nizam membuat Siska tertawa.     

"Kita makan siang dulu ya. Gue lapar," ujar Nizam.     

"Ayo. Tapi kali ini, gue yang bayar ya. Gue gak enak kalau loe terus yang bayar," jawab Siska.     

"Okei. Lanjut!!" ucapnya. Keduanya pun segera pergi menuju, tempat makan yang menurut Nizam adalah tempat terbaik. Jika tadi sebelumnya, Siska akan meragukan Nizam namun, tidak untuk kali ini Siska setuju.     

Dua puluh menit keduanya sampai di sebuah tempat makan, tenda yang ada di depan sebuah perguruan tinggi.     

"Orang orang bilang, nasi bebeknya di sini enak banget. Jadi kita harus makan di sini," ujar Nizam. Siska menganggukkan kepalanya, keduanya pun turun dari mobil tempat itu ternyata sangat ramai membuat Siska dan Nizam harus menunggu beberapa waktu untuk bisa masuk ke dalam tenda.     

"Kita nunggu di sini, atau loe mau di dalam mobil aja?" tanya Nizam.     

"Di sini aja." Jawaban singkat dari Siska langsung membuat Nizam mencari bangku untuk keduanya duduki. Banyak pengamen dan anak anak jalanan yang ada di sekitar sana, Nizam menatap mereka dengan perasaan sedih.     

"Kenapa?" tanya Siska. Nizam menoleh ke arah Siska. "Gak apa apa, cuma sedih aja. Mereka harus seperti ini di saat orang lain anak anak seumur mereka masih bermain dengan kedua orang tuanya, sedangkan mereka demi makan harus bekerja dulu."     

Mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Nizam membuat Siska tersentuh, wanita itu tidak menyangka jika pria yang terlihat arogan ternyata memiliki hati yang luar biasa baik.     

Tak lama pelayan yang ada di tempat makan tersebut memanggil Siska dan Nizam untuk masuk, hal yang membuat Siska semakin terenyuh dengan sikap Niz adalah pria itu memanggil mereka semua orang orang yang tadi duduk di dekat tenda untuk makan bersama.     

"Gak masalah kan?" ucapnya.     

"Iya," jawab singkat Siska.     

Nizam langsung memesan beberapa makanan untuk mereka dan juga anak anak jalanan yang duduk tak jauh dari mereka, Siska bisa melihat senyum tulus yang tercetak dengan sangat jelas di bibir Nizam.     

***     

Keduanya sudah selesai makan siang bersama, selama makan Siska tidak henti hentinya menatap Nizam dengan penuh kagum.     

"Dia laki-laki baik," gumam Siska.     

"Maaf ya lama. Ayo kita pergi lagi," ajak Nizam. Keduanya lalu masuk ke dalam mobil, melihat senyum bahagia yang tercetak dibibir Siska membuat Nizam ikut bahagia.     

"Gue bakalan menyembuhkan luka lama di hati loe Siska," gumamnya dalam hati.     

###     

Hallo. Selamat membaca, sehat terus buat kalian semua. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.